Beda Tawaf dan Mencium Hajar Aswad dengan Amalan Musyrikin

Beda Tawaf dan Mencium Hajar Aswad dengan Amalan Musyrikin

وَ عَنْ عَابِسِ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ: رَأَيتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يُقَبِّلُ الْحَجَرَ – يَعْنِي الْأَسْوَدَ – وَ يَقُولُ: إِنِّي لَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَنْفَعُ وَ لَا تَضُرُّ, وَ لَوْلَا أَنِّي رَأَيتُ رَسُولَ اللهِ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ.

Dari ‘Abis bin Rabi’ah, dia berkata, “Aku melihat Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu mencium Hajar Aswad, lalu berkata, ‘Sungguh, aku tahu engkau adalah batu yang tidak memberikan manfaat dan madarat. Kalau bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, aku tidak akan menciummu.”

Takhrij Atsar
Atsar Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu ini muttafaqun ‘alaihi. Al-Bukhari meriwayatkannya dalam ash-Shahih, Kitab al-Hajj bab “ar-Raml fil Hajj” no. 1605.
Demikian pula Muslim meriwayatkan dalam Kitab al-Hajj, bab “Istihbab Taqbil al-Hajar al-Aswad” no. 1270.
Diriwayatkan pula oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasai, dan al-Hakim an-Naisaburi.
Asy-Syaikh al-Allamah al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani menyatakan sahih dalam Shahih at-Targhib wat Tarhib.
Read More
Bersumpah Dengan Selain Nama Allah Termasuk Syirik

Bersumpah Dengan Selain Nama Allah Termasuk Syirik

Mengagungkan Allah ta’ala dengan sebenar-benarnya adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Ia dituntut untuk mengagungkan Allah dengan kalbu, lisan dan anggota tubuhnya.
Salah satu bentuk pengagungan kepada Allah adalah bersumpah dengan menggunakan Nama-Nya. Karena, definisi sumpah adalah menguatkan konteks pembicaraan dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan. Sumpah ini dalam ungkapan Arab disampaikan dengan redaksi yang khusus yaitu dengan menggunakan salah satu huruf qasam (sumpah) yaitu ba’ (bi), wawu (wa) atau ta’ (ta). Yakni misalnya dengan mengatakan Wallahi (menggunakan wawu), Tallahi (menggunakan ta’) atau Billahi (menggunakan ba’) yang artinya adalah demi Allah. Tatkala seseorang menyatakan, “Wallahi (Demi Allah), saya benar-benar tidak melakukannya.” Berarti Ia bermaksud menguatkan keabsahan berita yang disampaikan dengan menyebutkan Nama Allah ta’ala yang ia agungkan dan muliakan.
Read More
Sekuntum Mawar di Atas Awan

Sekuntum Mawar di Atas Awan

SEBUAH RENUNGAN BAGI PARA PENDAKI GUNUNG

“Di mana sih enaknya?” Pertanyaan itu sering terlontar dari sebagian kawan yang penasaran. Dilihat di satu sisi, mendaki gunung memang bukan hal yang begitu menarik; menyita waktu, membuat badan linu-linu, dingin malam menusuk tulang, terik mentari panas menghajar, belum lagi badai dan cuaca yang tak menentu. Kalau lagi menjadi-jadi yang akan terlintas di benakmu adalah sebungkus nasi kucing hangat di bawah temaram sinar lampu petromaks, atau selimut tebal plus bantal empuk yang menemani hangatnya malam di kamar.
Namanya hobi memang nggak bisa diinterupsi. Jangan heran meski sedemikian ‘sadis’ kondisi, para petualang sejati tak kenal kata kapok mendaki. Sulit diungkapkan kenapa rasa rindu itu terus ada. Padahal bukan hal mudah menyabar-nyabarkan kaki untuk terus melangkah naik dan naik.
Read More