Mengutamakan Akhirat di Atas Dunia

Mengutamakan Akhirat di Atas Dunia

Seandainya kalbu:
1) merenungi kefanaan kehidupan dunia dan tidak langgengnya kesenangan-kesenangan yang ada padanya, dan akan berakhirnya berbagai kenikmatan yang ada di dalamnya, sambil menghadirkan kesempurnaan kenikmatan dan kelezatan akhirat, keabadian kehidupan padanya;
2) merenungi pula kelebihan dan keutamaan kenikmatan akhirat atas kenikmatan dunia; dan meyakini dengan pasti tentang benarnya kedua pengetahuan ini, maka renungannya akan menghasilkan pengetahuan yang ketiga:
Akhirat dengan kenikmatannya yang sempurna dan kekal abadi tentu lebih pantas diutamakan oleh setiap orang yang berakal daripada kehidupan dunia yang fana dan menipu.
Dalam hal pengetahuan tentang akhirat, ada dua keadaan manusia:
  1. Dia mendengar pengetahuan itu dari orang lain dalam keadaan kalbunya tidak benar-benar yakin terhadap akhirat dan tidak mau bersungguh-sungguh memahami hakikatnya.
Ini adalah keadaan kebanyakan manusia. Ada tarik-menarik antara dua kutub di dalam dirinya. Daya tarik yang pertama memikatnya untuk lebih mengutamakan dunia, dan inilah yang terkuat dalam dirinya. Sebab, dunia bisa disaksikan dan dirasakan langsung oleh pancaindra.
Read More
Meniti Jalan Sahabat

Meniti Jalan Sahabat

“Tidaklah mendatangi kalian suatu masa kecuali masa yang setelahnya lebih jelek dari masa tersebut.” [H.R. Al-Bukhari, dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu]
Merupakan sunnatullah bahwasanya setiap datang suatu zaman, pasti zaman tersebut lebih jelek dari sebelumnya.
Mari bercermin pada zaman pertama, zaman Nabi Adam ‘alaihi sallam. Pada zaman itu seluruh manusia menyembah Allah, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Lalu, saat sepuluh generasi berlalu, muncullah umat Nabi Nuh yang mempersekutukan Allah dengan menyembah orang shalih. Saat turun azab Allah kepada penduduk bumi hingga hanya tersisa Nabi Nuh beserta orang-orang yang bertauhid, bumi pun menjadi tenang. Kemudian muncullah kembali penyembah selain Allah yang lebih buruk daripada generasi yang terdahulu. Demikianlah seterusnya, hingga Allah pun mengutus kepada kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Nabi terakhir, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di utus kepada sekalian alam . Beliau membawa cahaya penerang kepada masyarakat yang telah rusak moralitas dan agamanya dalam segala aspek. Beliau membawa cahaya yang telah disempurnakan oleh Dzat Yang berada di atas langit ketujuh.

Read More
Mengharap Syafaat Pada Hari Kiamat

Mengharap Syafaat Pada Hari Kiamat

Setiap muslim pasti mengharapkan syafaat di akhirat nanti. Dia berharap agar pada hari tersebut syafaat bermanfaat baginya. Sungguh, alangkah sengsaranya seorang yang pada hari tersebut terhalang untuk mendapatkan syafaat.
Memang tidak semua orang pantas mendapatkan syafaat. Hanya orang yang memenuhi syarat yang bisa mendapatkan syafaat di akhirat. Allah ‘azza wa jalla mengabarkan keadaan mereka ini dalam firman-Nya,
فَمَا تَنفَعُهُمۡ شَفَٰعَةُ ٱلشَّٰفِعِينَ ٤٨
        “Tidaklah bermanfaat bagi mereka syafaat para pemberi syafaat.”(al-Muddatstsir: 48)

Apa Itu Syafaat?
Syafaat adalah menjadi perantara bagi yang lain untuk mendapatkan manfaat atau menolak mudarat. Contohnya, syafaat untuk mendatangkan kebaikan, syafaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi penduduk surga agar mereka memasukinya.

Read More